Wonosobo – Kasi Bimas Islam dan beberapa perwakilan tiap seksi di Kankemenag Kab. Wonosobo ikuti kegiatan diseminasi yang diadakan oleh Balai Litbang Agama Semarang pada hari Kamis (8/4) di Hotel Front One Harvest Wonosobo. Selain dari perwakilan Kankemenag, acara juga diikuti oleh peserta dari perpustakaan, pesantren, dan beberapa tamu undangan dari stakeholder terkait.
Acara secara resmi dibuka oleh Kepala Balai Litbang Agama Semarang Samidi, dalam sambutannya Samidi sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak terkait di Wonosobo karena sudah banyak membantu dalam Inventarisasi naskah-naskah keagamaan dan hadir dalam kegiatan diseminasi.
Samidi sampaikan, sebagai daerah yang termasuk kelahiran leluhur tanah jawa tentunya daerah Wonosobo pada khususnya memiliki situs yang luar biasa, “pastinya masih banyak yang bisa kita gali atau teliti dari daerah ini. Jika ada usulan maupun masukan untuk penelitian dan pengembangan BLA Semarang akan dengan senang hati menerima,” jelas Samidi
Hal lain ia tambahkan, pengembangan Repositori yang telah di Inventarisasi dan dipublikasikan di website baru daerah Madura dan Bali, keseluruhan naskah itupun belum selesai diinput. harapannya akan terus berkembang dan menjadi kemudahan masyarakat untuk mengakses serta mempelajarinya.
Selanjutnya masuk ke sesi materi, narasumber Jauhar Hatta Nur Hasan merupakan pengasuh pondok pesantren AL-Fatah Banjarnegara menyampaikan mengenai Pesantren dan Manuskrip Keagamaan. Dimana ia menilai pesantren merupakan tempat belajar para santri dengan komplek yang umumnya terpisah dari kehidupan sekitarnya, “Sejak dari dulu pesantren merupakan lembaga pendidikan tertua di Nusantara yang dianggap sebagai produk budaya Nusantara yang indigenous. Pendidikan yang berkembang sejak era Majapahit hingga saat ini sebagai warisan pendidikan nasional yang paling merakyat,” terangnya.
Manusript keagamaan di Pesantren tidak lepas kajian dari manuskrip keagamaan di Timur Tengah yang berkembang sejak abad permulaan Islam, terutama saat terjadi kodefikasi Al-Quran maupun Al-Hadist, karena interaksi ulama Nusantara dengan Ulama Timur Tengah maka kajian tersebut berkembang pesat di pesantren. Pesantren salaf dan manusript keagamaan pada masanya memiliki arti penting bagi mata rantai faham kegamaan Umat Islam di Nusantara. Faham ini bisa menjadi penangkal munculnya faham trans-nasional yang ekstrim dan radikal.
Sementara itu, berdasarkan resume laporan kegiatan tersebut Ahmad Farid selaku Kakankemenag Kab. Wonosobo pada hari Senin (12/4) menyampaikan, kepada perwakilan Kankemenag Kab. Wonosobo yang ditugaskan hadir dalam kegiatan tersebut diharap mampu meneruskan hasil pembahasan dalam kegiatan tersebut kepada seluruh satker dan masyarakat, terutama terkait Pesantren salaf dan manusript keagamaan yang bisa menjadi penangkal munculnya faham trans-nasional yang ekstrim dan radikal. Ps-ws